Tour guide orang Jepang di Jakarta

Tour guide orang Jepang di Istiqlal

BAB 4 KIRA KIRA BAB 4 KIRA KIRA

INTERPRETER GADUNGAN – Menjadi tour guide sehari sangat menyenangkan, tapi juga bikin deg degan. Kenapa? Soalnya ini pertama kali aku menjadi tour guide orang Jepang, private tour di Jakarta yang mana mereka dalah bos aku saat di perusahaan Jepang dulu. Bukan hanya bos, mereka adalah ownernya! Awalnya sih diminta jadi tour guide untuk menemani anak dan istrinya saja yang belum pernah jalan jalan ke Jakarta, tapi pas datang ke hotel, ternyata suaminya yang owner perusahaan juga ikut gabung. Jadi keki  banget. harga sewanya berapa? Gratis, soalnya mereka kan bosku.

Menjadi Tour Guide di Jakarta Sehari
Katedral

Keki yang aku maksud bukan kenapa kenapa. Mungkin suaminya yang orang Jepang  justru lebih tahu dari aku tentang wilayah Jakarta. Ownernya udah puluhan tahun berbisnis di Indonesia, jadi kayaknya dia udah jalan kemanapun. Apalah aku yang tinggal di Bekasi dan anak rumahan. Hahaha. Main ke mall juga cuma ke supermarket dan bioskop. Tapi aku coba membantu.

Awalnya aku mau tukeran dengan interpreter lain agar aku bisa istirahat. Koreksi, sebenarnya bukan mau istirahat, tapi ada rasa takut mengecewakan mereka jika kurang memuaskan. Tapi, interpreter lain juga nggak bisa. Mau nggak mau aku yang harus menemani sebagai tour guide mereka.

Menjadi Tour Guide di Jakarta Sehari
Museum Banteng

Perjalanan cukup panjang aku lakukan untuk sampai di hotel bintang 5 di tengah kota Jakarta. Mendengar nama hotel yang dtinggali tamu orang Jepang  saja udah buat bangga, ini sampai menginjakkan kaki dan duduk di tempat menunggu. Nama hotelnya mirip nama nama Eropa. Bagi aku yang sangat jarang datang ke hotel, ini merupakan pengalaman pertama yang nggak aku lupakan.

Baca Juga:

Harum ruangan hotel dan bersihnya membuat siapapun nyaman. Di tengah ruang resepsionis ada bunga sakura (fake) yang indah. Aku jadi ingat sewaktu masih di Jepang. Bunga seperti itu banyak sekali dan keindahan jauh melebihi yang ada di tengah hotel bintang 5 di tengah Jakarta. Tapi tetap saja aku takjub dengan hotel ini.

Menjadi Tour Guide di Jakarta Sehari
Bersama tour guide Istiqlal

Target utama aku adalah bertemu dengan keluarga bosku yang katanya baru dua kali menginjak Jakarta, itupun bertahun tahun lalu. Deg degan. Semoga acara hari ini berjalan lancar.

Handphone berdering dari bos aku yang bernama Mota (nama samaran). Dia bilang masih breakfast dan aku diminta menunggu di resepsionis.

Bertemu keluarga Mota

Akhirnya aku bertemu dengan Mota san. Saat itu dia membawa istrinya yang bernama Akita dan anaknya yang bernama Yutata (laki laki). Anaknya masih SMA dan bahasa Inggrisnya sangat bagus, jadi ketika aku nggak bisa ngomong dengan bahasa Jepang, aku bisa dengan lebih gampang menggantinya dengan bahasa Inggris. Bagaimana dengan pronounciation Yutata? Sempurna untuk orang asing. Bahkan, menurut aku, dialah yang paling bagus pelafalan bahasa Inggrisnya. Seperti yang kita ketahui, terkadang pronounciation orang Jepang nggak begitu bagus, kecuali orang tersebut banyak tinggal atau bisnis trip ke negara negara lain. Ibunya Yutata yang bernama Akita juga bahasa Inggrisnya bagus, tapi dia lebih sering menggunakan bahasa Jepang. Untuk Mota san, dia sering menggunakan kedua bahasa: Inggris dan Jepang. Ya, untuk pelafalan masih dibawah anaknya ya.Jika Mota san bicara, aksen Jepangnya masih terasa.

Jadi tour guide untuk orang Jepang di Indonesia

Selama perjalanan, aku harus menghibur atau setidaknya membangun obrolan obrolan tentang kenangan mereka di Indonesia sebelumnya. Untuk Yutata, karena dia baru lulus sekolah SMA dan lama tinggal di Singapura, jadi bahasa Inggris dan juga tentang Indonesia sedikit tahu.

Menjadi Tour Guide di Jakarta Sehari
Melihat ruang utama Istiqlal dari lantai dua

Banyak obrolan yang telah kita lakukan. Tentang bom di sarinah salah satunya. Bahkan Mota san saat itu sedang meeting di area tersebut. Katanya saat itu cukup kacau. Orang asing banyak menaruh perhatian pada berita pemboman tersebut.

Kita juga bercerita tentang Monas yang atapnya terdiri dari emas, macetnya Jakarta dan keinginan Yutata untuk liburan di Surabaya. Aku bilang Surabaya hampir mirip dengan Jakarta karena sama panas dan penduduknya yang cukup banyak. Cuma, mungkin kawasan wisatanya masih lebih banyak Surabaya dibandingkan Jakarta. Dia bilang akan jalan jalan dengan teman temannya (?) saat liburan.

1. Museum Banteng

Tujuan pertama adalah ke museum Banteng yang ada di tengah kota. Kita juga antri dengan para wisatawan lain. Saat itu aku agak malu juga ketika suasana sepertinya diluar kontrol karena banyak sekali anak anak SD yang tanpa antri dan berteriak teriak. Kalo dari sudut pandang aku sebagai orang Indonesia, wajar sih. Tapi ketika aku memposisikan diri aku melihat anak anak Jepang sangat jauh berbeda. Anak anak Jepang sangat suka antri dan nggak seramai ini dan selalu behave. Mereka lebih pasif dan etikanya lebih dapat. Mungkin karena ini tempat umum jadi sewajarnya antri dan nggak ribut.

Untungnya keluarga Mota san nggak terganggu dan keberatan, malahan ketika ada anak anak yang menyenggol mereka, senyum lebar dilemparkan mereka. Luar biasa.

Sekedar info, jika kamu lihat anak Jepang yang kumpul di tempat umum, mereka kebanyakan diam lho. Bahkan ketika kamu melihat mereka berangkat sekolah atau pulang sekolah, mereka beriringan, tapi nggak ribut. Mereka mengobrol, tapi lebih ke berbisik.

Di dalam museum Banteng, mereka ternyata suka banget sejarah. Berbagai sejarah mereka liat dan perhatikan. Cuma pas sejarah mereka menjajah Indonesia, aku juga bingung mau bilangnya. Cuma bilang, “Ketika Jepang ke Indonesia.” Hahaha.

Biaya masuk ke museum Banteng sangat murah. Kalo nggak salah sekitar Rp. 10.000. Bahkan ada juga interpreter gratis untuk orang asing. Bisa menggunakan bahasa Inggris atau bahasa Jepang, cuma waktunya ditentukan mereka.

2. Mesjid Istiqlal

Selesai dari musem Banteng, kita sebenarnya tertarik ke Katedral karena ingin ke bagian museumnya. Tapi nggak tahu kenapa saat itu tutup. Padahal hari Sabtu. Kalo nggak salah Sabtu masih buka. Kita tanya ke salah satu penjaga di sekitar Katedral bahwa tempatnya tutup, tanpa tahu kenapa. Saat itu ada pernikahan juga, jadi kita nggak jadi ke Katedral. Kita ke Istiqlal terlebih dahulu.

Menjadi Tour Guide di Jakarta Sehari

Menyebrang dari arah Katedral ke Istiqlal challenging banget lho. Banyak sekali motor dan mobil yang lalu lalang dengan kecepatan sedang. Saat lampu hijau untuk pejalan kaki menyala, kita pasti aman menyebrang. Ternyata salah pemirsa. Kita justru bingung karena motor mobil tetap berjalan. Akhirnya kita menggunakan tangan ajaib untuk menghentikan beberapa motor dan mobil.

Awalnya Akita dan Yutata kebingungan karena meskipun hijau untuk pejalan kaki, motor dan mobil tetap berjalan. Aku belum siap menjawab, cuma memberi senyum getir saja ke mereka. Hahaha.

Istiqlal memang juara. Bukan hanya tempat yang adem untuk sholat, tapi bia juga jadi wisata sejarah bagi orang asing. Istiqlal magnet bagi orang Jepang yang berkunjung karena megahnya bangunan tersebut.

Kita langsung datang ke bagian penerimaan tamu dan mendapatkan satu tour guide Istiqlal. Tour guide bercerita sedikit tentang Istiqlal. Jika tamu atau turis beragama Islam, maka turis boleh masuk ke ruang utama Istiqlal untuk jalan atau bahkan sholat. Tapi jika orang asing tersebut bukan islam, maka diminta untuk naik ke lantai dua untuk melihat lihat Istiqlal dari lantai dua.

Alhamduliah Mota san baik hati. Dia mengingatkan aku untuk sholat karena saat itu waktu dhuhur. Dia bilang nggak apa apa aku sholat duluan, mereka bisa muter muter sendiri di Istiqlal bersama keluarga.

Aku langsung sholat dhuhur dengan nyaman. Setelah sholat, aku melihat dua bule bercelana pendek masuk ruang utama mesjid. Tour guide tersebut marah besar. Kencang sekali suaranya. Memang benar turis salah, tapi ngak harus menghardik mereka. Nanti kesannya kita nggak ramah. Bilang aja mereka salah dan nggak boleh masuk ruangan utama.

Mota san dan keluarga melihat beberapa orang sholat berjamah. Bahkan saat selesai berjamaah, ada orang yang nggak dikenal, mereka melanjutkan jamaahnya. Dia kagum sekali bahwa meskipun bukan orang yang dikenal, makmum tetap mengikuti imam, meskipun nggak kenal.

Aku menjelaskan sebisa mungkin kenapa bisa seperti itu. Mereka juga bercerita tentang kenapa umat islam biasanya berkumpul di Istiqlal pas ada demo. Ya aku juga memberikan informasi sebisa mungkin. Bahkan demo 212 juga mereka tahu lho. Hahahah.

Tips Istiqlal: Siapkan uang seikhlasnya untuk keramahtamahan Istiqlal guide tersebut.

3. Katedral

Masuk Katedral pertama kali sangat indah. Gambaran gambaran yang ada di dinding dan juga ornamen lainnya bikin aku berdecak kagum. Wow! Tempatnya juga sungguh mistis, dalam artian sangat khidmat dan membuat tenang. Mungkin dimanapun tempatnya, rumah ibadah manapun membuat tenang ya. Ini adalah kali pertama aku memasuki gereja, apalagi gereja terkenal Katedral.

Menjadi Tour Guide di Jakarta Sehari

Aku melihat lilin lilin yang menyala indah dan juga nyanyian yang mengiri pesta perikahan. Saat itu ada pernikahan di Katedral. Indah sekali acara pernikahannya.

Selesai mengajak ke 3 tempat tersebut, mereka minta langsung pulang. Awalnya aku ingin mengajak ke Jakarta kota, tapi ternyata mereka minta pulang untuk persiapan makan malam dengan client. Agak lega juga karena aku juga bingung nanti ngobrol apa lagi. Hihihi.

Mereka sangat ramah dan berterimakasih karena telah menjadi tour guide dadakan mereka selama di Indonesia. Mereka juga minta bantuannya untuk kembali menjadi tour guide saat di perusahaan nanti.

Dikira kurir barang

Ada kejadian lucu pas aku membawa paspor dan beberapa data penting Mota san yang ketinggalan di mobil. Saat aku masuk hotel tempat tinggal mereka, aku dicegat security dan mbak mbak cantik.

“Mas bisa dibantu?”

“Iya, mau menyerahkan ini (paspor dll)”

“Biar kami bantu menyerahkan ke tamunya”

“Kenapa? Maaf ini harus aku serahkan sendiri”

“Nggak apa apa, pengantar barang kan?”

Wakakak aku dikira tukang kirim barang. OK, terimakasih. Statement anda luar biasa sebagai penutup jalan jalan hari ini. Wakakaka

Menjadi Tour Guide di Jakarta Sehari

Karena saat itu aku langsung ketemu Mota san, aku serahkan langsung. Aku ingin sekali bilang ke mbaknya bahwa aku tour guide atau interpreternya, bukan kurir barang. Tapi sudahlah, semoga kesempatan lain dikira bos. Hihihi

Begitulah pengalaman aku menjadi tour guide untuk orang Jepang di Jakarta selama sehari. Masih banyak yang kekurangan yang aku alami selama jadi tour guide dadakan untuk orang Jepang, tapi semoga menjadi pengalaman yang luar biasa.